Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Wakafkan Hidup untuk Ponpes dan Anak Dhuafa

Wakafkan Hidup untuk Ponpes dan Anak Dhuafa


JERNIHNEWS.COM- Meski usianya kini hampir 70 tahun, namun buya kelahiran 19 September 1952 ini tetap energik. Selalu bersemangat dan optimis. Begitulah karakter Buya H. Sudirman Syair, pendiri dan juga Ketua Pembina Yayasan Pondok Pesantren Ma'arif As Sa'adiyah, Batu Nan Limo, Simalanggang, Kabupaten Limapuluh Kota.

Berbagi ilmu agama Islam, ibarat roh dalam kehidupan suami dari Hj. Hasnida. Dia merasa sangat prihatin terhadap anak-anak dari keluarga menengah ke bawah, termasuk anak dhuafa yang tidak memperoleh kesempatan menuntut ilmu agama dan umum. Rasa itulah yang terus mendorong hati dan raganya mendirikan pondok pesantren (ponpes).

Awalnya, bukan Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah yang didirikannya. Tapi, pesantren dan sekolah yang lain. Dia mendirikannya bersama beberapa orang rekannya. Mereka berkongsi. Namun belum 'setahun jagung' kongsi itu bubar. Pecah kongsi itu sempat terjadi beberapa kali. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, pria empat anak ini mengaku sangat kecewa atas kegagalan tersebut.

Setelah belajar dari pengalaman dan melakukan evaluasi mendalam, akhirnya Buya Sudirman Syair mendirikan lembaga pendidikan sendiri. Namanya ketika itu belum lagi pondok pesantren, tapi Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'adiyah. Nama Ma'arif As Sa'adiyah adalah gabungan dari nama para guru dan orang tuanya. Nama tersebut sangat bermakna mendalam bagi pria berjenggot ini. Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'adiyah resmi berdiri pada 15 Juli 1995. Kini telah berusia 25 tahun. Pada Rabu, 15 Juli 2020 akan diperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Perak Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah.

Sudirman Syair, di masa kecil memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) 02 Taeh Baruah. Setamat dari SR, dia melanjutkan pendidikan di MTI Surau Baru Mungka Kelas 1 sampai dengan kelas 2. Dia tidak menyelesaikan pendidikannya di MTI Surau Baru, karena mengingat kondisi perkembangan madrasah tersebut ketika itu yang kurang baik. Berikutnya Sudirman Syair melajutkan studinya ke MTI Koto Panjang, Kelas 3 sampai Kelas 7. Itu sekitar tahun 1975.

Saat menuntut ilmu di MTI Koto Panjang, Sudirman yang memiliki jiwa dan hobi mengajar, sudah mulai menjadi guru bantu di MTI Taeh Baruah. Dia sempat diamanahkan menjadi Ketua Penerangan MTI Koto Panjang atau kini bernama OSIS atau OSIM. Sudirman adalah murid yang paling disayang oleh Buya Mukhtar Ongku Lokuang, pendiri MTI Koto Panjang.

Tamat MTI Koto Panjang, Sudirman masuk PGA (Pendidikan Guru Agama) Islam selama 4 tahun dan 6 tahun dengan program ekstre ney. Usai menamatkan studinya di PGAN Payakumbuh, pada tahun 1981 Sudirman melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, Diploma Satu (D1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Padang. Ketika itu, pria berperawakan tinggi ini sudah beristri dan memiliki satu orang anak.

Pria yang suka bergaul dengan lintas generasi dan lintas organisasi ini membeli tanah bakal tempat berdirinya Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah pada tahun 1986. Luas tanahnya lebih kurang 2.000 meter persegi. Lahan tersebut dibeli dengan harga yang relatif murah. Saat itu, wilayah Batu Nan Limo Simalanggang masih sepi.

Pendirian bangunan ponpes tahun 1995 dimulai dengan dana yang sangat minim. Hal itu lebih diawali dengan membuka Kader Mubaligh Muda (Kamda) dan Kader Mubaligh Cilik (Kamci). Kamda lahir tahun 1991 dan Kamci yang diberi nama Mawabiburrahman berdiri tahun 1992.

Para dai Kamda dan Kamci berpidato dan berceramah ke berbagai pelosok Kota Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota dan ke berbagai daerah lain di Sumatera Barat. Keberadaan para dai muda dan cilik itu benar-benar menggetarkan jiwa para orang tua. Banyak di antara para ayah dan ibu atau kaum muslimin yang ingin anaknya berani tampil serta memiliki keterampilan berpidato, kotbah dan memberikan ceramah, seperti halnya anak Kamda dan Kamci. Sehingga dampaknya, anak didik peserta Kamda dan Kamci terus bertambah, bahkan membeludak. Lokasi pendidikan para dai muda dan cilik itu, berada di lokasi yang jadi cikal bakal berdirinya Ponpes Ma'arif As Sa'diyah.

Waktu pun terus berjalan. Maka pada tahun 1995, Buya H Sudirman Syair membulatkan tekad mendirikan sekolah yang diberi nama Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'diyah. Para bakal dai dari Kamda dan Kamci dijadikan corong promosi sekolah Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'adiyah. Setiap para dai Kamda dan Kamci tampil, biasanya dijalankan permintaan sumbangan untuk kegunaan biaya pembangunan. Dari situlah, sekolah yang kelak jadi cikal bakal ponpes di Batu Nan Limo, Simalanggang step by step terus berkembang. Bangunannya pun terus bertambah.

Dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2005, para santri atau siswa dan siswi Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'adiyah benar-benar tidak dibebankan biaya serupiah pun. Ketika itu sekolah ditopang dengan usaha mandiri Buya H. Sudirman Syair berbentuk perdagangan jagung. Perhari sekitar 50 ton atau 7 truk jagung yang dibeli dari Pasaman dan dijualnya ke berbagai daerah di Kabupaten Limapuluh Kota untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam ternak. Dari setiap 1 kg jagung, dikeluarkan bagian untuk sekolah Rp1,-. Sehingga dalam satu hari sekolah Ma'arif As Sa'adiyah memperoleh bagian senilai Rp50 ribu. Di masa itu, uang Rp50 ribu sangat besar nilainya.

Pembiayaan pembangunan di masa awal ponpes juga berasal dari Badan Pengamanan Jaringan Sosial (BPJS) yang pada akhirnya berganti dengan sebutan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tahun 2000, ponpes Ma'arif As Sa'adiyah pernah dapat kucuran dana BPJS senilai Rp60 juta. Dana sebanyak itu cukup untuk membangun empat ruang lokal ponpes. Jumlah santri atau siswa ponpes ini ketika itu sekitar 40 orang.

Ketua Yayasan Pendidikan Islam Ma'arif As Sa'adiyah yang pertama adalah H. Nawawi, BA, Kepala PGAN Payakumbuh terakhir. Masa pengabdian H. Nawawi di Yayasan Pendidikan atau Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah cukup panjang. Yakni 13 tahun, dari 2002 sampai dengan 2015. Beliau selanjutnya digantikan oleh Mayor (Purn.) Yayaspar Dt. Paduko Amad dari Taeh Bukit. Yayaspar Dt. Paduko Amad, juga diamanahkan menjadi Wakil Ketua LKAAM Sumbar. Berikutnya pada tahun 2020 ini, atau setelah lima tahun pengabdi, Yayaspar diganti jabatannya sebagai ketua oleh Prof. Ganefri, Ph.D.

Pada tahun 2001, Buya Sudirman Syair berangkat ke Mekkah menunaikan ibadah haji, Rukun Islam kelima. Ketika itu tanggungjawab pengelolaan bisnis jagung dan juga ponpes diserahkan kepada salah seorang anaknya. Karena tidak gampang menjalankan roda usaha, termasuk memimpin dan mengendalikan keuangan ponpes, beberapa tahun setelah itu usaha atau bisnis jagung merugi dan sempat berefek kepada kondisi keuangan ponpes. Dalam kondisi yang demikian, Buya H. Sudirman Syair tak kehilangan akal. Dia pun mulai mengumpulkan sumbangan dari para donatur tetap dan tidak tetap.

"Alhamdulilah setiap bulan ada bantuan dari donatur sekitar Rp5 juta sampai dengan Rp8 juta. Donatur itu ada yang PNS dan ada pula pengusaha," sebut Sudirman.

Pada tahun ajaran 2019-2020 jumlah santri Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah sebanyak 117 orang. Mereka terbagi dua, untuk jenjang pendidikan Madrasah Tsawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Cukup banyak alumni ponpes ini yang sukses berkarir, baik sebagai wira usaha, pegawai swasta dan juga PNS/ASN.

Biaya pendidikan yang dipungut oleh Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah sangatlah kecil. Uang masuk ke Ponpes ini Rp1.550.000,-. Uang sejumlah itu sudah termasuk beli dua pasang baju dan juga uang SPP satu bulan. Besaran nilai SPP hanya Rp100 ribu. Itu pun tidak semua siswa yang bayar, banyak yang gratis. Uang pemondokkan bagi anak dari keluarga yang tidak mampu hanya Rp300 ribu setahun. Gunanya untuk pembeli meja dan kursi. Namun sebagian anak, keluarganya juga tak mampu memenuhinya.

Sedangkan bagi anak yang bukan dari keluarga dhuafa dan keluarganya ada di Simalanggang sekitarnya, uang pemondokkan Rp200 ribu per bulan. Dengan catatan, sambal atau lauk diantar oleh keluarga tiga hari sekali. Sedangkan bagi anak yang domisili orangtuanya jauh atau di luar Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, uang pemondokkannya dipungut Rp450 ribu per bulan. Nasi dan lauk ditanggung pihak ponpes. Jadwal makan anak-anak pondok tiga kali sehari.

Dengan biaya pendidikan (SPP) dan uang pemondokkan yang sangat kecil nilainya, tentu saja tak dapat menutupi biaya operasional ponpes dari hari ke hari dan bulan ke bulan. Namun demikian, Buya Sudirman, tidak pernah panik, apalagi putus asa dalam menjalankan dan memajukan Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah. Berbagai langkah dan solusi ditempuhnya. Termasuk 'menggadaikan' SK PNS-nya. Dan ternyata, pertolongan Allah SWT selalu ada untuk keberlangsungan pendidikan dan hajat hidup anak-anak Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah.

"Saya telah mewakafkan diri saya untuk kemajuan Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah dan pendidikan anak-anak dhuafa," kata Sudirman.

Selalu ada solusi dalam situasi sesulit apa pun yang dihadapi oleh Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah. Termasuk dalam masa pandemi corona yang terjadi di tanah air, termasuk Sumatera Barat dan Kabupaten Limapuluh Kota pada khususnya. Kendati pihak Ponpes tidak menerima pembayaran SPP, dan uang pemondokkan satu rupiah pun selama corona, tapi ternyata keuangan ponpes tetap stabil, bahkan berlebih dari biasanya.

Padahal ponpes sempat membayar gaji guru dan karyawan 2 bulan sekaligus. Bahkan juga membayar nilai THR tahun 2020 lebih banyak jumlahnya dibanding dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Namun, dengan rahmat Allah SWT, kondisi keuangan ponpes malah surplus. "Itulah rahasia Tuhan. Itulah kebesaran Allah. Sungguh tak bisa diterima dengan logika," sebut Buya H. Sudirman sembari menujukkan tumpukkan puluhan karung berisi beras bantuan untuk anak-anak ponpes.

Selaku pendiri dan juga Ketua Pembina Yayasan Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah, Buya H. Sudirman Syair sangat berharap kepemimpinan Prof. Ganefri, Ph.D, selaku ketua baru yayasan, dapat lebih memajukan ponpes yang kini telah memasuki usia 25 tahun tersebut. Dengan jejak sukses dan tangan dingin Ganefri memajukan setiap lembaga yang dipimpinnya selama ini, Buya Sudirman, berkeinginan kegemilangan juga terjadi pada Ponpes Ma'arif As Sa'adiyah. Semoga. ( yon erizon )

Sumber: https://www.jernihnews.com/berita/788/wakafkan-hidup-untuk-ponpes-dan-anak-dhuafa.html

 

Posting Komentar

0 Komentar